Rilah Part I
Ulangan semester baru saja berlalu, hari ini kami menerima hasil semester. Alhamdulilah nilainya cukup baik walaupun tidak sebaik juara kelas, tapi saya dapat berbangga hati jerih payah belajar selama ini tidak sia-sia. Saya dan teman-teman punya rencana untuk mengisi waktu libur ini dengan acara rilah atau sejenis heking yang tujuannya agar kami dapat mengambil manfaat dalam mengenal alam lebih dekat. Selain dari itu untuk menghilangkan kejenuhan selama ini belajar dan juga merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1430 H. Dengan harapan agar kegiatan rilah ini dapat memberikan motivasi agar belajar kami lebih semangat lagi.
Rilah ini kami rencanakan ditempat yang belum pernah kami kunjungi dan tempat yang indah lagi Asri, kegiatan rilah ini sebagai sarana dakwa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Siang ini kami berkumpul di depan Masjid Raya. Cuaca cerah begitu bersahabat seakan mengantar kepergian kami. Setelah semuanya berkumpul kami mendapat pengarahan dari ustadz yang akan membimbing kami. Satu persatu kami periksa kelengkapan perserta juga barang yang dibawa Seluruh peserta rilah berdoa sebelum berangkat.. Perjalanan kesana menempuh waktu setengah jam dengan menggunakan mobil dan jaraknya kira-kira 10 km dari Masjid Raya. Kami menikmati pemandangan indah, pepohonan yang rindang, semua terasa menyenangkan, walaupun cukup jauh perjalanan tetapi kami menikmati perjalanan ini.
“Hei, teman-teman lihat ! Jalannya kurang baik untuk dilewati ! Apakah kita bisa melewatinya?” tanya Haris sambil berhati-hati.
“Ris, tidak usah cemas yang penting kita berdoa, semoga perjalan kita baik-baik saja”. Jawab Kakak Ridho dengan semangat.
“Betul Ris! Kata Kakak Ridho jika kita berdoa insyaAllah semua rintangan dapat kita lewati” ujarku dengan tenang.
“Tapi Dit ! Bagaimana seandainya mobil kita anjlok”! tanya Arya memotong pembicaraan.
“Upz ! Jangan bilang begitu, kita harus yakin bahwa Allah SWT. Selalu melindungi kita.” Jawab Dodi dengan sabar.
“Sudah-sudah jangan ribut mendingan kita nikmati perjalanan kita ini.” Kata Kakak Khairuman sambil memandangi pepohonan sekitar.
Setelah perdebatan tersebut mereda akhirnya kamipun sampai ketempat tujuan. Tetapi kami harus menunggu teman-teman yang lain yang masih ada di Masjid Raya. Selama setengah jam kami menunggu akhirnya teman-teman yang lain sampai. Sebelum masuk ke hutan kami mendapat pengarahan lagi dari ustadz dan kakak tingkat untuk tidak asal bicara dan adab-adab Islam harus dipatuhi. Kami juga dibagi kelompok dengan setiap kelompok berjumlah 6 orang. Setelah dibagi kelompok saya sekelompok dengan Haris, Arya, Dodi, Sadam dan Ali. Dengan ketua kelompoknya Haris, kami pun menelusuri perkebunan kelapa sawit.
“Subhanallah banyak sekali tanaman kelapa sawit disini.” Kata Dodi dengan rasa kagum.
“Ya, banyak sekali tanaman kelapa sawitnya! Jumlahnya kira-kira berapa?”tanya Haris pada Kami.
“Dodi, Haris! jumlah kelapa sawit ini ada 150 batang.” Jawab Sadam dengan sombong.
“Iyo apo, ada 150 batang ? apakah kau sudah menghitung jumlahnya.” Tanya Haris
“kapan-kapan ? Aku hitung jumlah kelapa sawit sebanyak ini” ujar Sadam
“dari mana kau tau jumlahnya kalu kau belum hitung jumlahnya”tanya Haris
“Cuma perkiraan ku saja” jawab Sadam kebingungan menghitung jumlah kelapa sawit tersebut.
“Dam! Kira-kira luasnya berapa km?” tanya Haris
“Ahh........paling dua hektar!” ujar Sadam dengan sedikit sombong.
“Sok tau kau “ kata Haris
“Bukannya aku sok tau, tapi biasanya kalau kebun kelapa sawit yang seperti ini kurang lebih dua hektar” jawab Sadam
“Emangnya kau tau dari siapa lagi luasnya” ujar Haris
“Aku tau dari orang tuaku, orang tuaku kan seorang petani kelapa sawit juga” jawab Sadam
“Ohh.....pantasan saja kau tau semua tentang kebun kelapa sawit” kata Haris
“Tapi ngomong-ngomong sebanyak ini! Bagaimana cara merawatnya ?” tanya Ali pada Sadam yang tau semua tentang kebun kelapa sawit.
“Ya....tinggal riwat aja, gitu aja kok repot!” ujar Sadam
“Sadam kau ni Cuma bisa ngomong aja! Bagaimana cara merawat kebu sebanyak ini” tanya Ali
“Iyoe....! bagaimana cara merawat kebun kelapa sawit yang seluas ini?” tanya Arya
“Mak ini, Yak! Kebun kelapa sawit seluas ini tentu dirawat oleh petani dengan rasa tulus iklas demi mencari uang untuk menghidupi keluarganya!” jawab Dodi sambil memandangi kebun kelapa sawit tersebut.
“sudah-sudah dari pada ribut mendingan kita nyanyi bae”usulku kepada teman-teman
“Betul itu saya setuju, tapi nyanyi lagu apa?” tanya Haris
“Lagu apa aja yang penting asyik” jawab Ali dan Sadam dengan serempak
“Saya ada usul! Bagaimana kalau kita nyanyi lagu dangdut bae” kata Dodi dengan semangat. Tiba-tiba semuanya terdiam saat Dodi memberi usul
“Loh kok semuanya diam, apa semuanya tidak setuju dengan usulku?kalau tidak setuju ya tidak apa-apa aku kan hanya beri saran aja” ujar Dodi dengan rasa sedikit kecewa.
“Dod!, bukannya kami tidak setuju tapi aku raso kita lebih baik nyanyi lagu Islami aja karena kegiatan kita ini kegiatan Islami! Jadi apa salahnya kita nyanyi lagu Islami” kata Ali
“Ya kalau aku sih setuju-setuju aja” jawab Dodi sedikit mengalah
“Tapi kau gak marah kan ma aku” ujar Ali
“Ya sudah kalau semuanya setuju kita nyanyi bersama” ujarku.
Kami semua bernyanyi dengan gembira karena sudah merasa kelelahan dan keringat mulai bercucuran deras kami berhenti sejenak untuk istirahat melepaskan lelah di bawah pohon yang cukup rindang dan udaranya tentulah sejuk. Kami pun segera membuka tas dan mengambil sebuah botol berisi air minum. Setelah melepas dahaga kami berfoto-foto dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan yang masih jauh.
“Ayo semua siap-siap kita akan melanjutkan perjalanan lagi” kata Kakak Reza sambil berberes-beres.
“Cepat nian kak! Kita kan baru istirahat” kata Arya sedikit membantah
“Iyo kak kami ni masih capek nian”ujar Haris
“Ya sudah Kakak beri waktu 5 menit untuk istirahat setelah itu kita lanjutkan perjalanan” jawab Kakak Reza dengan bijaksana.
Setelah 5 menit berlalu kami siap melanjutkan perjalanan yang sedikit tertunda. Kami mendaki bukit yang sangat tinggi dan jalannya sangat juram. Tiada satu dari kami yang menyerah termasuk Arya yang berbadan gemuk juga tidak ingin menyerah untuk mendaki bukit yang tinggi karena akan sia-sia jika kami menyerah sampai disini walaupun jalannya sangat juram kami tetap semangat. Ketika kami sampai di puncak bukit kami melihat keindahan alam.
“Subhanallah indah sekali pemandangan alam, Maha Agum Engkau Ya Allah telah menciptakan alam ini dengan keindahan-keindahan yang memikat hati” gumam Dodi memuji tatapan masih kearah pepohonan.
“Ya! Indah sekali pemandangan alam terlihat dari puncak bukit ini” ujarku dengan rasa kagum
“Subhanallah pemandangannya sangat indah! Apakah aku sedang bermimpi?”tanya Ali sambil mencubit tangannya
“Ali kamu tu tidak sedang bermimpi”jawab Sadam
“Yo kau tu tidak sedang bermimpi kalau kau tidak percaya loncat aja dari sini” kata Arya
“Lemak bae kau nyuruh aqku lompat, mati pacak anak muda! Coba kau yang loncat” gumam Ali sedikit marah
“Enggop aku juga gak mau mati”kata Arya
“Tu kau ja gak mau loncat pa lagi aku! Makanya jangan suka nyuruh orang semaumu” kata Ali
“Iye deh, aku minta maaf” kata Arya sambil berjabat tangan dengan Ali
“ya aku maafin! Ris Ngomong-ngomong kita setelah turun bukit kita mau kemana lagi?” tanya Ali
“aku tidak tau” ujar Haris
“Hei, Ris caba tanya ma Kakak Reza kita mau kemana setelah ini”tanya Dodi
“kau bae Dod, aku dak berani” gumam Haris
“makmano kau nih Ris! Kau kan ketua masak dak berani” ujarku
“ya sudah, aku coba tanya”ujar Haris
“Kakak Reza kita habis ini mau kemana?” tanya Haris dengan sedikit takut
“ikuti saja” jawab kakak Reza dengan singkat, padat dan tidak jelas.
“hei teman-teman kata kakak Reza ikuti bae”ujar Haris dengan sedikit kecewa
“masak cuma ikuti saja” ujar Arya
“ya Cuma itu yang dikatakan kakak Reza”
“ya sudah, kita ikuti saja”kata Sadam
Setelah kurang lebih 4 jam kami berjalan naik turun bukit yang sangat aduhai juramnya akhirnya kamipun sampai ketempat tujuan dan kami bermalam di sebuah Desa yang bernama Desa Trigi.
“Alhamdulillah kita sampai dengan selamat” gumam Dodi yang sudah lelah sambil menaruh tas yang dibawahnya.
“Ya Alhamdulillah akhirnya kita sampai Juga! Untung anak muda dak mati” ujar Arya yang hampir pingsan
“Kak! ngomong-ngomong desa ini namonyo apo? Tanyaku pada Kakak Yulizar
“desa ini namanya Desa Trigi Kecamatan Pulau Pinang” jawab kakak Yulizar sambil melihat-lihat sekeliling
“Oh, Desa ini namanya Desa Trigi ujarku sambil ketawa dalam hati karena namanya lucu
Setelah bermalam di desa Trigi kami, Matahari pun terbit dan kokok ayam bersautan membangunkan dan kami bergegas untuk salat Subuh. Setelah salat subuh kami olahraga sekitar 30 menit untuk meregangkan otot agar tidak kram saat di jalan nanti. Kamipun segera bersiap-siap dan sebelum pulang kami mendapatkan pengarahan lagi dan doa bersama agar rilah membawa manfaat bagi kita semua. Mungkin manfaat rilah ini sangat banyak salah satunya sebagai saran untuk menambah keyakinan kepada Allah SWT yang telah menciptakan keindahan alam dan juga sebagai mempererat tali persaudaraan diantara kami agar menanamkan rasa setia kawan kepada sesama walaupun teman kita sering membuat kita jengkel tapi kita tetap setia kawan dan juga rasa kasih sayang pada diri kita.
Posting Komentar untuk "Rilah Part I"