Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kinerja Manajemen Rantai Pasok

A. MENGELOLA ALIRAN RANTAI PASOK

Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan rantai pasok adalah sebagai berikut.

  1. Sasaran Lingkup Pasar (Market Coverage Objectives) Untuk membuat sasaran lingkup pasar, manajemen harus mempertimbangkan perilaku pembelian pelanggan, tipe distribusi yang digunakan, struktur rantai pasok, dan tingkat pengendalian yang dibutuhkan untuk keberhasilan rantai pasok.

  2. Perilaku Pembelian Pelanggan (Customer Buying Behavior) Motif pembelian dari segmen potensial pelanggan harus ditentukan untuk mendesain rantai pasok secara efisien dan efektif. Analisis ini memungkinkan desainer untuk menentukan segmen retail yang paling mampu mencapai target pasar. Bagian marketing industri juga harus mengidentifikasikan pengguna yang berpotensial dan menentukan bagaimana
    para pelanggan ini akan membuat keputusan pembelian. Proses pembuatan keputusan para pembeli dalam industri bergantung pada perusahaan
    pengguna, perusahaan perlengkapan orisinal atau distributor.

  3. Tipe Distribusi Terdapat tiga tipe dasar distribusi yang dapat digunakan untuk
    menyediakan produk bagi para konsumen, yaitu sebagai berikut.



  • Distribusi intensif
    Distribusi intensif memiliki arti bahwa produk-produk yang didistribusikan dijual sebanyak mungkin ke retail atau pedagang grosir. Distribusi intensif cocok untuk produk-produk, seperti permen karet, minuman ringan, roti, film dan rokok, ketika faktor utama yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah convenience (kesenangan). Produk-produk industri lain yang membutuhkan distribusi intensif, misalnya industri dalam penyediaan alat tulis, seperti pensil, penjepit kertas, tipe
    transparan, map file, kertas ketik, master transparansi. Distribusi intensif
    lebih melibatkan saluran-saluran tidak langsung dengan dua atau lebih perantara.

  • Distribusi selektif
    Distribusi selektif cocok untuk toko yang dapat menjual produk terbatas,
    tetapi tidak untuk tingkat yang eksklusif. Dengan cara berhati-hati memilih
    pedagang grosir dan retail, pengusaha dapat berkonsentrasi pada rekening
    yang lebih menguntungkan dan mengembangkan hubungan kerja yang solid
    untuk meyakinkan bahwa produk dijual selayaknya. Hal ini dapat juga
    dilakukan dengan membatasi sejumlah toko retail jika produk dijual dengan
    pelayanan yang spesial atau dukungan penjualan yang optimal. Distribusi
    selektif dapat digunakan untuk produk yang dikategorikan, seperti sandang,
    peralatan, televisi, perlengkapan stereo, perabotan rumah, dan perlengkapan
    olahraga.

  • Distribusi eksklusif
    Distribusi eksklusif apabila sebuah toko tunggal diberikan hak eksklusif
    untuk menjual produk pada daerah tertentu. Produk-produk, seperti otomobil,
    beberapa peralatan utama, beberapa jenis perabotan, beberapa macam
    pakaian tertentu yang memiliki tingkat loyalitas merek pelanggan yang tinggi
    dapat disalurkan secara eksklusif. Umumnya, distribusi eksklusif dilakukan bila saluran pengendalian dianggap penting. Distribusi eksklusif dapat meningkatkan image produk dan memungkinkan perusahaan memberikan harga retail yang tinggi. Kadangkala pengusaha menggunakan multiple brand untuk menawarkan distribusi eksklusif bagi lebih dari satu retail atau distributor. Distribusi eksklusif lebih sering terjadi pada tingkat perdagangan grosir dibandingkan tingkat retail. Pada umumnya, distribusi eksklusif dimanfaatkan untuk saluran-saluran langsung (pengusaha menuju retail).


B. KARAKTERISTIK PRODUK

Terkait dengan karakteristik produk terdapat sembilan karakteristik produk yang seharusnya dianalisis oleh perancang yaitu sebagai berikut.

  1. Nilai Produk (The Product's Value)
    Produk-produk dengan biaya per-unit yang tinggi membutuhkan investasi persediaan yang cukup besar. Sebagai konsekuensinya, produkproduk yang bernilai tinggi membutuhkan rantai pasok yang lebih pendek (lebih sedikit anggota) untuk meminimalkan total investasi persediaan. Akan tetapi, rantai pasok cenderung lebih panjang bila nilai per unit rendah jika volume penjualan tidak tinggi. Pada umumnya, distribusi intensif digunakan untuk produk bernilai rendah. Nilai produk juga mempengaruhi biaya pengangkutan persediaan dan premi transportasi. Produk bahan makanan low margin, low-value dapat dikirimkan melalui kereta dan disimpan dalam gudang. Komponen-komponen dan produk high-value seperti barang dagangan high fashion akan dikirim melalui pengangkutan udara untuk meminimalkan persediaan dalam perjalanan (in-transit) dan mengurangi
    biaya pengangkutan persediaan dan markdown.

  2. Dasar-dasar Teknis Produk (The Technicality of the Product)
    Produk teknis yang tinggi biasanya membutuhkan peragaan oleh tenaga-tenaga
    penjualan selain penyediaan pelayanan pra-pembelian dan pasca pembelian.
    Selain itu juga dibutuhkan komponen-komponen perbaikan untuk dijadikan stok. Produk-produk teknis misalnya komputer rumah, komponen stereo mewah, perlengkapan kamera dan video yang mahal, mobil-mobil sport mewah dan beberapa produk industri lainnya. Pada umumnya, kebijakan saluran langsung dan selektif atau distribusi eksklusif digunakan untuk jenis-jenis produk terse but.

  3. Tingkat Dukungan Pasar (The Degree of Market Acceptance)
    Tingkat dukungan pasar menentukan usaha penjualan yang dibutuhkan. Jika seorang pengusaha terkenal menawarkan produk baru dan merencanakan periklanan serta promosi yang tinggi maka pelanggan juga akan memberi dukungan yang tinggi. Selain itu, para perantara juga pasti dengan mudah ingin menawarkan produk tersebut. Akan tetapi, produk-produk baru dengan sedikit dukungan pasar dan identifikasi merek yang rendah membutuhkan penjualan yang lebih agresif.

  4. Tingkat Kemampuan Substitusi (The Degree of Substitutability)
    Kemampuan substitusi produk sangat dekat hubungannya dengan loyalitas merek. Bila loyalitas merek rendah, substitusi produk dan distribusi intensif mungkin dibutuhkan karena konsumen akan dengan mudah beralih ke merek yang lain. Misalnya, banyak perusahaan-perusahaan yang memberikan diskon pada pameran pembelian di area-area yang ramai. Untuk memperoleh dukungan dari pedagang grosir atau retail, produsen dapat menawarkan harga yang menarik. Jika loyalitas merek tinggi maka lebih diperlukan distribusi selektif atau distribusi efektif karena konsumen tidak mudah berpindah ke merek lain.

  5. Bulk Produk (The Product's bulk)
    Pada umumnya, produk-produk berat dan low-value dibatasi pada pasarpasar yang berdekatan dengan letak produksi. Produk-produk ini sering membutuhkan kemampuan penanganan material yang khusus. Dengan menggunakan kubus-kubus kecil yang ringan serta penempatan yang tepat, akan lebih banyak unit yang dapat dikirimkan dalam truk, kereta atau container, dengan demikian akan mengurangi biaya per-unit transportasi.

  6. Kemampuan Jangka Panjang produk (The Product's Perishability)
    Kemampuan produk untuk bertahan lama berhubungan dengan kemerosotan fisik atau keusangan produk yang disebabkan oleh perubahan pola pembelian pelanggan ataupun perubahan teknologi. Produk-produk tahan lama umumnya dijual pada basis langsung untuk memindahkan produk melalui rantai pasok yang lebih cepat dan mengurangi kerugian potensial persediaan.

  7. Tingkat Konsentrasi Pasar (The Degree of Market Concentration)
    Bila pasar dipusatkan pada area geografis tertentu, rantai pasok yang pendek dapat menjadi metode yang paling efektif dan efisien. Apabila diedarkan secara luas dibutuhkan perantara khusus. Banyaknya perusahaan food-processing menggunakan pedagang perantara untuk memasarkan produk-produk mereka adalah salah satu contoh. Faktor ini juga menjelaskan keberadaan agen pooling, seperti pengangkutan forwarder dan perusahaan local cartage, yang melakukan pengumpulan dan pengiriman kecil ke dalam unit untuk muatan truk atau carload agar dapat dipindahkan ke tempat tujuan.

  8. Mosiman (Seasonality)
    Untuk beberapa produk tertentu, volume penjualan ramai pada masa-masa
    tertentu dalam setahun, misalnya produk seragam sekolah hanya ramai pada saat tahun ajaran baru dimulai. Pada kasus lainnya, bahan mentah seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, hanya dapat tersedia pada masa-masa tertentu. Kedua kasus tersebut membutuhkan penyimpanan out-of-season. Pengusaha harus  enginvestasikan ke gudang-gudang, menggunakan pihak ketiga atau menyediakan insentif pada perantara yang mengurus fungsi penyimpanan. Sebagai contoh, pengusaha dapat menawarkan diskon musiman ataupun pengiriman persediaan ke para pedagang grosir atau retail yang setuju untuk menerima pengiriman awal.

  9. Batas Kedalaman dan Kelebaran Lini Produk (The Width and Depth of The Product Line) Jenis kelebaran dan kedalaman sebuah produk dapat mempengaruhi rancangan rantai pasok. Seorang pengusaha dengan nilai per unit produk yang rendah dapat menggunakan distribusi intensif dengan penjualan langsung jika produk mampu untuk menghasilkan volume penjualan yang relatif besar. Contohnya pengusaha bahan makanan seperti Kellog's dan General Foods menggunakan distribusi intensif. Umumnya, seorang pengusaha dari lini produk yang terbatas akan menggunakan pedagang pedagang grosir untuk mencapai pasar yang memadai dengan harga yang pantas.


C. KINERJA MANAJEMEN RANTAI PASOK

Tujuan dari pengukuran kinerja adalah:

  1. Untuk menciptakan proses penyampaian (delivery) secara fisik (barang mengalir dengan lancar dan persediaan tidak terlalu tinggi).

  2. Melakukan stream lining information flow (adanya aliran informasi di antara tiap-tiap channel).

  3. Cash flow yang baik pada setiap channel dalam rantai pasok.


Berikut ini merupakan pemain utama yang terlibat dalam rantai pasok (lndrajit dan Djokopranoto, 2002):

  1. Supplier (chain 1)
    Rantai pada rantai pasok dimulai dari chain 1, yang merupakan sumber penyedia bahan pertama. Di sini adalah tempat di mana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama di sini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, suku cadang atau barang dagang.

  2. Supplier-Manufacturer (chain 1-2)
    Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory carrying cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering.

  3. Supplier-Manufacturer-Distributor (chain 1-2-3)
    Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, di mana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.

  4. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (chain 1-2-3-4)
    Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang basil produksinya kepada pelanggan (customer), namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.

  5. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-
    2-3-4-5)
    Pelanggan merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam rantai pasok, dalam konteks ini sebagai end-user. Pada rantai ini, terjadi transaksi antara retailer dan pelanggan yang meliputi seluruh proses yang secara langsung meliputi penerimaan barang sekaligus memenuhi permintaan pelanggan. Dari penjelasan mengenai pelaku-pelaku rantai pasok tersebut dapat dikembangkan suatu model rantai pasok, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain.


Aliran material dalam rantai pasok juga sering kali dikaitkan dengan berbagai macam pengukuran keuangan perusahaan. Semua metode pengukuran persediaan dimulai dengan penghitungan unit secara fisik, volume atau berat. Namun, pengukuran persediaan dapat dibagi menjadi tiga bentuk dasar, yaitu nilai agregat rata-rata persediaan, minggu pasokan, dan perputaran persediaan. Nilai agregat rata-rata persediaan adalah nilai total seluruh item yang tersimpan dalam persediaan. Hal ini berarti nilai seluruh persediaan diukur berdasar biaya pada saat proses dan pada saat barang jadi. Nilai penjualan akhir mempunyai arti hanya untuk produk akhir atau jasa saja dan tidak dapat digunakan untuk semua item persediaan. Nilai ini diambil rata-rata karena menggambarkan investasi persediaan pada satu periode waktu.

Misalnya, item A adalah bahan baku yang diubah menjadi barang jadi yang disebut item
B. Satu unit item A mungkin hanya bemilai beberapa Rupiah saja, sedangkan satu unit item B dapat bernilai beberapa ratus Rupiah karena adanya campur tangan tenaga kerja, teknologi, serta nilai-nilai lain yang ditambahkan selama proses produksi. Pengukuran persediaan dalam hal ini adalah:

Nilai rata-rata = (Jumlah unit item A yang ada) (Nilai tiap-tiap item A)

persediaan agregat + (Jumlah unit item B yang ada) (Nilai tiap-tiap item B)

Dengan menjumlahkan seluruh item dalam persediaan, nilai total ini berarti seberapa banyak aset perusahaan ada pada persediaan. Perusahaan manufaktur biasanya memiliki sekitar 25 persen total aset mereka dalam persediaan, sedangkan untuk pedagang besar dan pengecer rata-rata berkisar 75 persen. Untuk beberapa hal, manajer dapat menentukan apakah nilai agregat persediaan terlalu tinggi atau terlalu rendah  erdasarkan data historis, perbandingan dalam industri maupun pertimbangan manajer sendiri.
Minggu pasokan adalah penilaian persediaan yang diperoleh dengan cara membagi rata-rata nilai agregat persediaan berdasarkan penjualan per minggu berdasar biaya (at cost). Pada beberapa operasi perusahaan yang memiliki persediaan rendah, penilaian secara harian ataupun jam dapat dilakukan dan akan memberikan akurasi yang lebih baik. Perusahaan perusahaan yang bergerak dalam industri automobil menggunakan dasar
penilaian produk akhir per dua bulan. Nilainya bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain.
Pengukuran secara mingguan adalah:

llp

Penghitungan ini hanya untuk produk akhir yang terjual (berdasarkan biaya), bukan berdasar harga jual setelah markups ataupun diskon. Perputaran persediaan adalah penghitungan persediaan yang diperoleh dengan membagi penjualan tahunan (berdasar biaya) dengan nilai agregat rata-rata persediaan selama satu tahun atau dapat ditulis dalam rumus:

screenshot-10

Tingkat persediaan yang terbaik walaupun digambarkan sebagai perputaran, tidak dapat ditentukan dengan mudah. Walaupun rata-rata perusahaan memiliki 6 atau 7 perputaran per tahun, namun untuk perusahaan dengan teknologi tinggi memerlukan 3 kali perputaran. Di sisi lain, perusahaan automobil dapat memiliki 40 kali perputaran per tahun untuk produk-produk tertentu.

 

Posting Komentar untuk "Kinerja Manajemen Rantai Pasok"